Ternate, Fakta – Kejaksaan Tinggi Maluku Utara melakukan penyelesaian perkara melalui restorative justice (RJ) sebanyak 93 perkara selama tahun 2020-2024.
Hal ini disampaikan Asisten Tindak Pidana Umum (Aspidum) Kejati Malut, Dedyng melalui Kasi Penkum, Richard Sinaga, seperti yang dilansir NuansaMalut.Com, Kamis (26/12/2024).
“Penyelesaian perkara melalui restorative justice pada wilayah hukum Kejati Maluku Utara periode 2020-2024 sebanyak 93 perkara,” ujarnya.
Menurutnya, jumlah tersebut terdiri dari tahun 2020 sejumlah 5 perkara, 2021 sejumlah 11 perkara, 2022 sejumlah 23 perkara dan 2023 sejumlah 34 perkara.
“Sedangkan 2024 sejumlah 20 perkara,” pungkasnya.
Sementatra itu, sepanjang Januari-Desember 2024 Kejaksaan Tinggi Maluku Utara telah menerima surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) sebanyak 111 perkara tindak pidana umum.
“Jumlah SPDP yang diterima sebanyak 111, tahap I sebanyak 77 perkara dan selisih 34. Sedangkan P-18 (pemberitahuan hasil penyidikan belum lengkap) sebanyak 58,” jelasnya.
“Untuk P-19 (pengembalian berkas perkara untuk dilengkapi) sebanyak 58, P-21 (pemberitahuan hasil penyidikan sudah lengkap sebanyak 63, P-21A (pemberitahuan susulan hasil penyidikan sudah lengkap) sebanyak 3 dan tahap II (penyerahan tersangka dan barang bukti) sebanyak 47 perkara,” sambungnya.
Selain itu, kata dia, ada juga perkara yang dilakukan SP3 (surat perintah penghentian penyidikan) sebelum berkas perkara tahap I dan sesudah tahap I ada sekitar tujuh perkara.
“SP3 sebelum tahap I sebanyak 5 perkara dan setelah tahap I sebanyak 2 perkara. Penghentian ini dilakukan oleh penyidik yang menangani perkara tersebut,” terangnya.
Richard menambahkan, untuk pengembalian BP dan SPDP setelah P-21 kosong (tidak ada) serta tahap II sebanyak 47 perkara.
“Sedangkan belum selesai ada 28 perkara,” tandasnya.
Sumber: Nuanasa Malut